Terlahir pada hari Sabtu Kliwon, dari pasangan Bapak Nasrudin bin Rudad dan Ummu Khodijah binti Wahid, tepatnya tanggal 22 Februari 1986. Tentunya kelahirannya sangat disambut dengan bahagia, mengingat pasangan tersebut sebelumnya telah kehilangan anak pertamanya (hiks..hiks.. jangan sedih). Ya, dia lahir jadi anak pertama yang seharusnya adalah anak kedua.
Itulah aku. Terlahir dari keluarga kecil, tepatnya di Karang Sempu, Winduaji, Paguyangan, Brebes. Sebuah nama yang singkat namun sarat makna diberikan oleh sang Kakek (Alm) untuknya, MABRURI. Semoga amal ibadah Beliau, diterima di sisi-Nya. Amin.
Ya, itulah sedikit bagian dari kehidupan aku. Dimana aku dulu terlahir di daerah bawah (paguyangan) tetapi besar di Sirampog. Kenapa bisa kaya gitu? Bisa ja lagi.
Dan memang, Bapak aku asli dari Sirampog sedang Ibu aku dari Patuguran. Makanya jangan heran kenapa aku besar di Sirampog. He3…..
Ok…. Aku habiskan masa kecilku, untuk bermain dengan teman-teman memang di patuguran. Kurang lebih selama 6 tahun, aku masih di Patuguran. Aku biasa bermain dengan teman-teman di Waduk Penjalin, yang tentunya tidak asing bagi orang Patuguran dan sekitarnya. Biasanya rame kalo saat idul fitri. Bisa jadi tempat wisata. Menikmati angin yang berhembus spoi-spoi.
Di waduk itu, aku dan teman-teman biasa bermain perahu dayung, mandi rame-rame di situ, mancing, dan sebagainya. Di waduk penjalin itu juga, nyawaku hampir melayang (waduh… dan Alhamdulillah masih hidup mpe sekarang). Ya biasa anak-anak, masih lum bisa renang, lagi main perahu, perahunya oleng dan terbalik. Untung lagi banyak orang. Mereka yang nyelamatin kita-kita. Dihitung-hitung, seingat aku, dua kali kayanya aku tenggelam di waduk itu.
Menyeramkan. Ya itulah kegembiraan dengan teman-teman di sana, yang saat ini jujur saja, aku dah lupa sama mereka, entah itu namanya. Yang dulu akrab man bareng pun, sekarang kalo ketemu mungkin dah ga kenal lagi. Mungkin karena waktu itu, aku pindah ke Sirampog dan di Sirampog, sibuk ma sekolah, jadi jarang main lagi ke Patuguran. Jadinya ya lupa deh ma mereka. Ga pa-pa lah ya, yang penting aku kalo balik ke patuguran masih diterima ma orang-orang di sana. He3…..
Next……
Tahun 1991, kami sekeluarga diajak Bapak untuk pindah ke Sirampog. Entah mengapa sebabnya, yang jelas saat itu aku menolak tuk ikut pindah. Aku merasa betah banget main di Patuguran dan gak ingin pindah ke Gunung. Untungnya saat itu aku deketnya ma mbah aku. Jadi ga masalah jauh dari orang tua. Akhirnya keluarga tetap pindah ke Sirampog, sedangkan aku masih tetap tinggal di Patuguran sama mbah aku.
Namun, sayangnya orang tua sama anaknya pasti tak terbatas. Walaupun aku ga kenapa2 jauh dari orang tua, tapi mereka dengan berbagai cara selalu membujuk aku tuk ikut bersama mereka juga. Tapi aku juga keras kepala, dan keukeuh ga mau dipisahin dari mbah.
Sampai ahirnya menjelang masuk sekolah dasar, dengan berbagai cara dilakukan orang tua, aku dipaksa tuk ikut mereka. Karena aku tetep ga mau, sampai ahirnya mereka pergi ke orang pinter, minta jampi2 biar aku mau ikut ke Sirampog. Aku masih inget, waktu itu aku paling suka makan gula pasir. Dari situ, ibu aku selalu ngasi gula pasir ke aku dan ternyata di gula itu sudah dijampi2in ma orang pinter. Tujuannya tidak lain biar aku mau tinggal ma mereka di Sirampog.
Perlahan tapi pasti, manjur juga tu orang pinter. Bisa bikin aku mau tinggal di Sirampog. Tapi, awal q di Sirampog ya masih inget juga ma teman2 di Patuguran, kadang seminggu sekali aku minta pulang ke Patuguran. kalo nggak, aku ya nangis sejadi-jadinya. He.3..
Setelah berlalu detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan, akhirnya aku bisa juga menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan dengan teman yang baru. 1992, pertama kali aku langsung masuk ke pendidikan dasar, belajar, bermain dengan teman2 yang baru.
Masa-masa Sekolah Dasar aku lewati dengan begitu menyenangkan. Aku bisa tertawa bareng teman, belajar kelompok, ngejailin temen, de el el. Ngomong-ngomong masalah ngejailin teman, aku paling inget banget dengan kejadian ini. Peringan bagi yang suka bikin jahil ma teman, bisa kena batunya.
Ceritanya kan gini, dulu aku ga takut ma ulet. Nah, dari itu aku suka nakut2in temen2 dengan ulat itu. Terutama temen2 cewek, kan paling takut ma ulet. Waktu pulang sekolah, aku ma temen aku ceritanya mau nakut2in pake ulet itu. Nah ulatnya itu ada di tebing2 yang curam. Saat aku mo ambil ulat yang ada di tebing, aku terperosok masuk ke jurang. Dalam banget jurang itu. Untungnya masih banyak semak-semak. Jadi aku nyangkut di semak-semak. Ga jadi deh jatuh sampe ke dasar jurang, kalo sampe jatuh bisa tamat riwayat aku. Huh, ngeri. Lucu juga ni, kan aku nyangkut di semak-semak, teman aku mo nulungin, dengan ngulurin tangan. Mungkin karena waktu tu badan ku agak berisi, jadi rada berat, teman yang ngulurin tangan justru ga kuat narik aku dan akhirnya ikut masuk ke semak-semak nindihin aku. Waduuh… gile bener.
Allah masih memberi kesempatan untuk berbuat baik sama temen, dan tidak dibenarkan berbuat jahil. Alhamdulillah dengan bantuan teman-teman, aku dan temanku yang ikut jatuh, bisa diangkat dari semak-semak. Huwa….. jadi malu deh. Mau ngejahilin malah kena batunya. Hiks..hiks…..
Sudahlah, itu masa lalu. Namanya juga anak-anak.
Lanjut……
6 tahun aku menimba pendidikan dasar di SD Kaligiri I. Sekolah yang mewah (meped sawah), berada di bawah hutan pinus yang rindang, tapi sekarang sudah ngga lagi. Berjalan ke barat dari sekolah, ada sumber mata air yang jernih. Teringat kalo pas pelajaran olahraga, sehabis selesai kan pasti berkeringat, panas, habis itu langsung lari ke mata air itu, hem… jebur…jebur, suegeree………
Tahun 1998, aku lulus dari sekolah dasar dan melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Sirampog. Sekolah muda karena baru beberapa tahun yang lalu dibangun, dan aku termasuk angkatan yang ke 3.
Di SLTP ini, aku bener2 jadi orang baik, ga banyak nakalnya. Pokoknya aku serius belajar dan belajar. Di sekolah jarang becanda2, serius belajar lah. Di rumah juga diisi dengan belajar, ngerjain PR, main paling kalo sore, sepak bola tentunya. Malamnya ngaji dan belajar terus tidur.
Di SMP ini aku dapat suasana baru dengan teman2 yang baru pula. Jangan ketinggalan juga, hampir saja aku mengenal cinta monyet di SMP, tepatnya saat aku kelas 3 (sit suit…he3). Sama adik kelas waktu itu. Tapi udah lah, biar itu jadi cerita waktu itu. Saat SMP inilah aku bisa nunjukki siapa aku. Dalam arti nunjukkin prestasi, bukan yang lain. OK….
Alhamdulillah, SMP lulus tepat pada waktunya. Dan aku bisa ngelanjutin belajarnya lgi di SMA. Tentunya SMA yang favorit lah.
Yupz, SMA Negeri 01 Bumiayu. Aku kira banyak kenangan yang indah dan tak terlupakan saat di SMA N 1 Bumiayu, yang sampai sekarang ini masih aku ingat (tentunya ga semua). Lebih-lebih saat di kelas 3. Hem…. I Lov U IPA 3, terimakasih semuanya, terimakasih anak-anak Gnatyx. Kalian teman, saudara, sahabat terbaik aku. Aku akan berusaha untuk bisa bersama dengan kalian.
Terimakasih telah berteman, bersabat dengan aku. Aku yang hanya seperti ini adanya, bisa dijadiin teman oleh kalian. Terimakasih atas supportnya, doanya, nasehat-nasehatnya, canda-candanya dan semuanya.
Aku percaya, walo sekarang sudah tidak bisa lama bersama-sama, tapi diantara kita semua masih saling merasa bersama. Semoga persahabatan kita kekal dan diridhoi Allah SWT. Amin.
Sekarang, tepatnya 22 Februari 2009, genap sudah aku telah menjalani kehidupan di dunia ini selama 23 tahun. Entah sampai kapan kita akan berada di dunia ini, tapi yang harus kita percayai bahwa hidup ini hanya sementara, kelak kita akan kembali kepada-Nya.
Aku hanya ingin minta maaf jika selama berteman, bersahabat, bercanda, ada sesuatu yang membuat luka di hati, tersinggung dan sebagainya. Aku yang lemah ini hanya mengharapkan maaf kalian.
Tak lupa juga, aku juga minta doa dan dukungan dari kalian semua, untuk menjalani sisa-sisa hidup ini. Aku ingin nasehat dari kalian dikala aku hilaf. Aku hanya manusia yang pastinya tidak luput dari salah dan hilaf.
Sekali lagi, aku butuh doa dan dukungan dari teman2 semua, dari semuanya, semoga hidup aku, dan juga hidup kita semua selalu berada di jalan Allah.
Syukron……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar