Yupz, kata yang singkat tpi punya makna yang bgitu mendalam. Berbagai isu gerakan sparatis akhir2 ni, dipicu karena kurangnya rasa nasionalisme. Ga tau pasti jelasnya mengapa mereka ingin melepaskan dari negara kesatuan. Keutuhan suatu bangsa akan tetap terjaga klo rakyatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme. Kedaulatan suatu negara akan tetap utuh, jika para penduduk negerinya masih memiliki nasionalisme yang tinggi.
Yach, kadang kita juga harus bertanya pada diri kita masing2. Sebenarnya apa ci nasionalisme tu sebenarnya, dan bagaimanakah nasionalisme tu diterapkan. Apakah dengan ikut berperang mempertahankan kedaulatan suatu negara tu baru bisa dikatakan memiliki rasa nasionalisme? Ataukah dengan memasang bendera negara di depan rumah, tu baru dikatakan punya nilai nasionalisme? Atau apakah dengan tidak melakukan KKN tu bisa dikatakan nasionalisme? dsb, dsb........
Apalagi bagi kita ni, yang bisa orang bilang masih pada muda, apakah masih memiliki sifat nasionalisme. Syukur bagi yang masih sekolah, pasti orang menilai masih punya rasa nasionalisme. Contohnya, ya sudah jelas, setiap da soal PPKn, sebutkan cara menunjukkan rasa nasionalisme sebagai seorang siswa, sudah pasti jawabannya ya salah satunya mengikuti upacara bendera (padahal paling muales nek kon upacara.. wakkakakak...). Ya seperti itulah kita. Syukur masih ikut upara, ya meskipun hanya ikutan baris ja, yang penting dah nunjukkin kalo kita bisa dilihat masih punya rasa nasionalisme (eit da juga lo teman kita yang walopun ikut upacara tapi ga kasih hormat ma bendera waktu pengibaran bendera.. siapa hayo....wakakak...).
Nah, bagi kita2 ni yang dah keluar dari dunia bangku sekolah, masihkah menunjukkan rasa nasionalisme kita. Paling-paling pas waktu 17 Agustus, ikut ngramein acara perlombaan. Boleh-boleh ja, yang lainnya, masihkah ada yang lebih dari itu? Mungkin bagi yang bekerja masih di lingkup pemerintahan, masih memungkinkan untuk nunjukkin nasionalismenya. Tapi bagi yang mungkin bekerjanya di luar instansi pemerintah (swastalah atau pengangguran sekalipun), masihkah ada yang nunjukkin rasa nasionalismenya.
Waduuuh, sebenere arep ngomong apa jane, kaya gi kampanye?
ga penting banget.....
Oke, intinya kaya gini anak-anak, begini2 nie, masih punya rasa prihatin terhadap rasa nasionalisme para pemuda-pemuda kita. Tak terkecuali yang sudah tua-tua bahkan yang masih anak-anak. Contoh kecilnya ja, kita bisa lihat pada anak-anak sekarang. Coba, suatu saat kita tanya ma anak-anak yang katakanlah masih duduk di bangku sekolah dasar. Tanyakanlah, hafal lagu mana antara lagu Rayuan Pulau Kelapa ma Cinta ini membunuhku (dmasiv bgt). Mungkin mereka langsung bertanya-tanya, Rayuan Pulau Kelapa tu lagu yang mana? ya dah jelas bgt, mereka lebih hafal buwat nyanyiin lagunya dmasiv. Itu contoh sebagian kecil yang sebenarnya mulai surutnya nasionalisme pada diri kita. Jangankan kita2, anak kecil yang baru TK ja udah hafal ma lagunya Ungu, Samsons, Changcuters, dll, yang sebenarnya belum pas buat santapan mereka.
Pertanyaannya kembali pada diri kita masing2. Apakah kasus kecil seperti di atas terjadi juga pada diri kita. Masihkah kita ingat ma lagu2 nasional? masihkah kita hafal ma lagu2nya Ismail Marzuki, Ibu Sud, Hs. Simandjuntak, dkk? dan tentunya apakah kita masih menyanyikan lagu2 perjuangan, yang barangkali dengan itu bisa membangkitkan lagi semangat nasionalisme kita?
Jangan tanya pada rumput yang bergoyang (mpe ajal menjemput juga ga bakalan bisa ngomong, kecuali kita bisa menafsirkan apa makna goyangannya itu...wakkakaka...). Tanyalah pada diri kita masing2.
Okey lah.... barangkali dengan ini, kita bisa mengenang kembali, masa-masa kecil dulu yang suka nyanyiin lagu Ibu kita Kartini, Maju Tak Gentar, de el el, yang tentunya sekarang dah digeser kedudukannya ma Laskar Pelangi, Laskar Cinta, Ayat-ayat Cinta, Demi Waktu, Jangan datang malam ini, Main Hati, dekaka.
Nie, aku kasih syair-syair lagu perjuangan yang hampir terlupakan. Ga tau bisa nyanyiinnya pa ga (begitulah kita lah ya....)
INDONESIA RAYA
WR. Supratman
Indonesia Tanah airku, tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia Kebangsaanku, Bangsa dan Tanah airku
Marilah kita berseru: “Indonesia bersatu!”
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku, bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya, untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya merdeka! Merdeka! Tanahku, Negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka! Merdeka! Hiduplah Indonesia Raya
TANAH AIR
R. Maladi
Nyiur hijau, di tepi pantai
Siar-siur, daunnya melambai
Padi mengembang kuning meraya
Burung-burung bernyanyi gembira
Tanah airku tumpah darahku
Tanah yang subur kaya makmur
Tanah airku tumpah darahku
Tanah yang indah permai nyata.
INDONESIA PUSAKA
Ismail Marzuki
Indonesia Tanah air beta, pusaka abadinan jaya
Indonesia sejak dulu kala, tetap di puja-puja bangsa
Di sana, tempat lahir beta, dibuai di besarkan Bunda
Tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata…
Sungguh indah Tanah air beta, tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa bagi Bangsa yang memujanya
Indonesia Ibu pertiwi kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku kepada mu rela ku beri
TANAH TUMPAH DARAHKU
C Simandjuntak
Tanah tumpah darahku yang suci mulia
Indah dan permai bagaikan intan permata
Tanah airku tanah pusaka ibuku
S’lama hidupku aku setia padamu
Kali, gunung, lautmu yang biru nirmala
Pantai, hutan, tasikmu ku cinta semua
Tanah airku kupuja kau di hatiku
T’rima salamku hormat setia padamu
Bumi ibu pertiwi yang subur sentausa
Indah berseri bagaikan taman segara
Tanah airku tujuan segala daya
Dirgayulah diri Ratuku bahagia
TANAH AIRKU
Ibu Sud
Tanah air ku tidak kulupakan, ‘kan ku kenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang ku cintai, engkau kuhargai
Walaupun banyak neg’ri yang kujalani, yang mashur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku, di sanalah ‘ku rasa senang
Tanah ku tak ku lupakan, engkau kubanggakan.
BERKIBARLAH BENDERAKU
Ibu Sud
Berkibarlah bendera ku lambing suci gagah perwira
Di seluruh pantai Indonesia kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela
Sang Merah Putih yang perwira, berkibarlah s’lama-lamanya.
Kami rakyat Indonesia bersedia setiap masa
Mencurahkan segala tenaga, supaya kau tetap cemerlang
Tak gentar hatiku melawan rintangan, tak goyang jiwaku berkorban
Sang Merah Putih yang perwira, berkibarlah ‘slama-lamanya.
MERAH PUTIH
Ibu Sud
Bendera merah putih, bendera tanah airku
Gagah dan jernih tampak warnamu berkibaran di langit yang biru
Bendera merah putih bendera bangsaku…
Bendera merah putih perlambang b’rani dan suci
Siap selalu kami berbakti, untuk bangsa dan ibu pertiwi
Bendera Merah Putih t’rimalah salamku
DI TIMUR MATAHARI
WR. Soepratman
Di Timur matahari mulai bercahya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Seluruh pemuda Indonesia
BAGIMU NEG’RI
Kusbini
Padamu NEG’RI, kami berjanji
Padamu NEG’RI, kami berbakti
Padamu NEG’RI, kami mengabdi
Bagi mu NEG’RI, jiwa raga kami
SATU NUSA
SATU BANGSA
Liberty Manik
Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita
Tanah air pasti jaya untuk s’lama-lamanya
Indonesia pusaka, Indonesia tercinta
Nusa Bangsa dan Bahasa, kita bela bersama
DARI SABANG SAMPAI MERAUKE
R. Soerarjo
Dari sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia
Indonesia Tanah Airku, aku berjanji padamu
Menjunjung Tanah Airku, Tanah Airku Indonesia.
MAJU TAK GENTAR
C. Simandjuntak
Maju tak gentar, membela yang benar
Maju tak gentar, hak kita diserang
Maju serentak, mengusir penyerang
Maju serentak, tentu kita menang
Bergerak-bergerak, serentak-serentak, menerkam-menerkam terjang
Tak gentar-tak gentar, menyerang-menyerang , majulah-majulah menang!
SURABAYA
Rachman A.
Surabaya, Surabaya, oh, Surabaya
Kota kenangan, kota kenangan, tak’kan ku lupa
Di sanalah, di sanalah di Surabaya
Tuk pertama, tuk pertama kami berjumpa
‘ku teringat masa yang telah lalu
B’ribu insane b’ribu hati bersatu padu
Surabaya di tahun empat lima
Kami berjuang, kami berjuang bertaruh nyawa.
PANTANG
MUNDUR
Titiek Puspa
Ku lepas dikau pahlawan, ku relakan dikau berjuang
Demi keagungan Negara, kanda pergi ke medan jaya
Bila kanda teringat akan adikmu seorang
Jadikan daku semangat, terus maju pantang mundur
Air mata berlinang karena bahagia
Putra pertama lahir sudah, ku pintakan nama padamu pahlawan
Sembah sujud ananda, dirgahayulah kakanda
Jayalah dikau pahlawan terus maju pantang mundur!
HALLO-HALLO BANDUNG
Ismail Marzuki
Hallo-hallo Bandung
Ibukota Periangan
Hallo-hallo Bandung kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api, mari bung, rebut kembali.
INDONESIA TETAP MERDEKA
C. Simandjuntak
Sorak-sorak bergembira, bergembira semua,
Sudah bebas negeri kita, Indonesia merdeka
Indonesia merdeka, Republik Indonesia
Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.
Sadar-sadar hai pemuda, begembira semua
Kau tetap asuhan jiwa, Indonesia merdeka
Indonesia merdeka, Republik Indonesia
Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.
Bangkit-bangkit hai satria, bergembira semua
Jembatan t’lah tersedia, Indonesia merdeka
Indonesia merdeka, Republik Indonesia
Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.
Mautpun mengancam kita, begembira semua
Belalah tumpahan darah, Indonesia merdeka
Indonesia merdeka, Republik Indonesia
Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.
HARI MERDEKA
HS. Mutahar
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka, nusa dan bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia, merdeka
S’kali merdeka tetap merdeka!
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia, tetap sedia, mepertahankan Indonesia
Kita tetap setia, tetap sedia, membala Negara kita.
SYUKUR
Hs. Mutahar
Dari yakinku teguh, hati ikhlasku penuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka, Indonesia Merdeka
Syukur aku sembahkan kehadirat-Mu Tuhan
Dari yakinku teguh, cinta ikhlasku penuh
Akan jasa usaha
Pahlawan ku yang baka, Indonesia Merdeka
Syukur aku hunjukkan ke bawah duli tuan.
Dari yakinku teguh, bakti ikhlas ku penuh
Akan asas rukunmu
Pandu bangsa yang nyat, Indonesia Merdeka
Syukur aku hunjukkan, kehadapanmu tuan.
MENGHENINGKAN CIPTA
T. Prawit
Dengar seluruh angasa raya memuja pahlawan Negara
Nan gugur remaja di ribaan bendera m’bela Nusa Bangsa
Kau ku kenang wahai bunga putra Bangsa
Harga…..
Jasa……
Kau cahya pelita……
Bagi Indonesia Merdeka….
HYMNE GURU
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Sartono
Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak guru
Nama-mu akan selalu hidup….
Dalam sanubariku
Semua baktimu, akan kuukir di dalam hatiku
S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
IBU KITA KARTINI
WR. Soepratman
Ibu kita Kartini, putri sejati
Putri Indonesia, harum namanya
Ibu kita Kartini, pendekar Bangsa
Pendekar kaumnya, untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia
Ibu kita Kartini, putri jauhari
Putri yang berjasa, se Indonesia
Ibu kita Kartini, putri yang suci
Putri yang merdeka cita-citanya
Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia
Ibu kita Kartini, pendekar putri
Pendekar kaum i Tanah Airku
Ibu kita Kartini, penyuluh budi
Penyuluh kaumnya, karna cintanya
Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia
PEMILIHAN UMUM 1955
Ismail Marzuki
Pemilihan umum ke sana beramai! Marilah, marilah saudara-saudara
Merilah bersama memberi suara! Suara saudara sungguh kuasa
Menentukan dasar tujuan bersama membina Negara nasional yang mulia
Pemilihan umum kesana baramai! Marilah, marilah saudara-saudara
Memilih bersama para wakil kita! Menurut pilihan bebas rahasia
Itu hak semua warga se Negara ‘Nyusun kehidupan adil sejahtera
Pemilihan umum ke sana beramai! Marilah, marilah saudara-saudara
Serentak member suara merdeka! Merdeka dan jujur tiada dipaksa
Laki dan wanita bersama membina bangsa dan Negara jaya dan sentausa
BANGUN PEMUDI PEMUDA
A. Simandjuntak
Bangun pemudi-pemuda, Indonesia
Tangan bajumu singsingkan, untuk Negara
Masa yang akan datang kewajibanmulah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara t’rus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri
HAMBA MENYANYI
H. Sutedjo
Hamba menyanyi mencinta suara
Turut kepada seni ibu Indonesia
Hanyalah ini hamba member
Tanda bercinta hati pada ‘Bu pertiwi
Hanya maksud jangan sampai hamba dengan tangan hampa
Bakti pada Maha Indonesia
Terima hamba sebagai putra
Meskipun hamba hanya dapat urun suara
BELAIAN SAYANG
Bing Slamet
Waktu hujan turun rintik perlahan
Bintangpun menyepi awan menebal
Ku timang si buyung belaian sayang
Anakku seorang tidurlah tidur
Ibu berdoa ayah menjaga
Agar kau kelak jujur melangkah
Jangan engkau lupa tanah pusaka
Tanah tumpah darah Indonesia
BENGAWAN SOLO
Gesang
Bengawan Solo, riwayatmu ini
Sedari dulu jadi perhatian insane
Musim kemarau tak s’b’rapa airmu
Di musim hujan air meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo terkurung gunung seribu
Air mengalir sampai sampai jauh akhirnya ke laut
Itu perahu riwayatnya dulu
Kaum pedagang s’lalu naik itu perahu
GUGUR BUNGA
DI TAMAN BAKTI
Ismail Marzuki
Betapa hatiku tak’kan rindu, telah gugur pahlawanku
Betapa hatiku tak akan sedih, hamba ditinggal sendiri
Siapa kini pelipur lara nan setia dan perwira
Siapakah kini pahlawan hati pembela Bangsa sejati
Telah gugur pahlawanku, tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh s’ribu, tanah air jaya pasti
Gugur bungaku di taman bakti di haribaan pertiwi
Harum semerbak menambahkan sari, tanah air jaya sakti.
SELENDANG SUTRA
Ismail Marzuki
Selendang sutra tanda mata darimu
Telah ku ‘trima sebulan yang lalu
Selendang sutra mulai di saat itu
Turut serta di dalam baktimu
Ketika lenganku terluka parah
Selendang sutramu turut berjasa
Selendang sutra kini pembalut luka
Cabik semata tercapai tujuannya
SEPASANG MATA BOLA
Ismail Marzuki
Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba
Remang-remang cuaca, terkejut aku tiba-tiba
Dua mata memandang, seakan akan dia berkata
“Lindungi aku pahlawan, dari pada si angkara murka”
Sepasang mata bola dari balik jendela
Datang dari Jakarta, ‘nuju medan perwira
Kagum’ku melihatnya sinar nan perwira rela
Hati telah terpikat semoga kelak kita berjumpa pula
Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba
Remang-remang cuaca, terkejut aku tiba-tiba
Dua mata memandang, seakan akan dia berkata
“Lindungi aku pahlawan, dari pada si angkara murka”
Sepasang mata bola dari balik jendela
Gemilang murni mesra
Telah memandang beta di stasiun Jogja
Sepasang mata bola seolah-olah berkata:
“Pergilah pahlawanku jangan bimbang ragu bersama do’aku”
IBU PERTIWI
N N
Oh, lihat Ibu pertiwi, sedang bersusah hati
Air matanya berlinang, ‘mas intan-nya terkenang
Hutan, gunung sawah lautan, simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdo’a
Oh, lihat Ibu pertiwi, kami datang berbakti
Lihatlah putra-putri mu, menggembirakan Ibu
Ibu kami tetap cinta, putramu yang setia
Menjaga harga harta pusaka, untuk Nusa dan Bangsa
Merdeka...
BalasHapusbangkit para pemuda...
bangun negeri ini...
demi ibu pertiwi coy....
aja tawuran bae lah... wis kesel, lara dewek maning...
moncler
BalasHapussupreme hoodie
kd shoes
vans shoes
kd 12
retro jordans
air max 2018
yeezy shoes
converse outlet
chrome hearts outlet