Sabtu, 15 November 2008

Masihkah ada nasionalisme pada diri kita???


Nasionalisme?

Yupz, kata yang singkat tpi punya makna yang bgitu mendalam. Berbagai isu gerakan sparatis akhir2 ni, dipicu karena kurangnya rasa nasionalisme. Ga tau pasti jelasnya mengapa mereka ingin melepaskan dari negara kesatuan. Keutuhan suatu bangsa akan tetap terjaga klo rakyatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme. Kedaulatan suatu negara akan tetap utuh, jika para penduduk negerinya masih memiliki nasionalisme yang tinggi.

Yach, kadang kita juga harus bertanya pada diri kita masing2. Sebenarnya apa ci nasionalisme tu sebenarnya, dan bagaimanakah nasionalisme tu diterapkan. Apakah dengan ikut berperang mempertahankan kedaulatan suatu negara tu baru bisa dikatakan memiliki rasa nasionalisme? Ataukah dengan memasang bendera negara di depan rumah, tu baru dikatakan punya nilai nasionalisme? Atau apakah dengan tidak melakukan KKN tu bisa dikatakan nasionalisme? dsb, dsb........

Apalagi bagi kita ni, yang bisa orang bilang masih pada muda, apakah masih memiliki sifat nasionalisme. Syukur bagi yang masih sekolah, pasti orang menilai masih punya rasa nasionalisme. Contohnya, ya sudah jelas, setiap da soal PPKn, sebutkan cara menunjukkan rasa nasionalisme sebagai seorang siswa, sudah pasti jawabannya ya salah satunya mengikuti upacara bendera (padahal paling muales nek kon upacara.. wakkakakak...). Ya seperti itulah kita. Syukur masih ikut upara, ya meskipun hanya ikutan baris ja, yang penting dah nunjukkin kalo kita bisa dilihat masih punya rasa nasionalisme (eit da juga lo teman kita yang walopun ikut upacara tapi ga kasih hormat ma bendera waktu pengibaran bendera.. siapa hayo....wakakak...).

Nah, bagi kita2 ni yang dah keluar dari dunia bangku sekolah, masihkah menunjukkan rasa nasionalisme kita. Paling-paling pas waktu 17 Agustus, ikut ngramein acara perlombaan. Boleh-boleh ja, yang lainnya, masihkah ada yang lebih dari itu? Mungkin bagi yang bekerja masih di lingkup pemerintahan, masih memungkinkan untuk nunjukkin nasionalismenya. Tapi bagi yang mungkin bekerjanya di luar instansi pemerintah (swastalah atau pengangguran sekalipun), masihkah ada yang nunjukkin rasa nasionalismenya.

Waduuuh, sebenere arep ngomong apa jane, kaya gi kampanye? ga penting banget.....

Oke, intinya kaya gini anak-anak, begini2 nie, masih punya rasa prihatin terhadap rasa nasionalisme para pemuda-pemuda kita. Tak terkecuali yang sudah tua-tua bahkan yang masih anak-anak. Contoh kecilnya ja, kita bisa lihat pada anak-anak sekarang. Coba, suatu saat kita tanya ma anak-anak yang katakanlah masih duduk di bangku sekolah dasar. Tanyakanlah, hafal lagu mana antara lagu Rayuan Pulau Kelapa ma Cinta ini membunuhku (dmasiv bgt). Mungkin mereka langsung bertanya-tanya, Rayuan Pulau Kelapa tu lagu yang mana? ya dah jelas bgt, mereka lebih hafal buwat nyanyiin lagunya dmasiv. Itu contoh sebagian kecil yang sebenarnya mulai surutnya nasionalisme pada diri kita. Jangankan kita2, anak kecil yang baru TK ja udah hafal ma lagunya Ungu, Samsons, Changcuters, dll, yang sebenarnya belum pas buat santapan mereka.

Pertanyaannya kembali pada diri kita masing2. Apakah kasus kecil seperti di atas terjadi juga pada diri kita. Masihkah kita ingat ma lagu2 nasional? masihkah kita hafal ma lagu2nya Ismail Marzuki, Ibu Sud, Hs. Simandjuntak, dkk? dan tentunya apakah kita masih menyanyikan lagu2 perjuangan, yang barangkali dengan itu bisa membangkitkan lagi semangat nasionalisme kita?

Jangan tanya pada rumput yang bergoyang (mpe ajal menjemput juga ga bakalan bisa ngomong, kecuali kita bisa menafsirkan apa makna goyangannya itu...wakkakaka...). Tanyalah pada diri kita masing2.

Okey lah.... barangkali dengan ini, kita bisa mengenang kembali, masa-masa kecil dulu yang suka nyanyiin lagu Ibu kita Kartini, Maju Tak Gentar, de el el, yang tentunya sekarang dah digeser kedudukannya ma Laskar Pelangi, Laskar Cinta, Ayat-ayat Cinta, Demi Waktu, Jangan datang malam ini, Main Hati, dekaka.

Nie, aku kasih syair-syair lagu perjuangan yang hampir terlupakan. Ga tau bisa nyanyiinnya pa ga (begitulah kita lah ya....)





INDONESIA RAYA

WR. Supratman

Indonesia Tanah airku, tanah tumpah darahku

Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku

Indonesia Kebangsaanku, Bangsa dan Tanah airku

Marilah kita berseru: “Indonesia bersatu!”

Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku, bangsaku, rakyatku, semuanya

Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya, untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya merdeka! Merdeka! Tanahku, Negeriku yang kucinta

Indonesia Raya merdeka! Merdeka! Hiduplah Indonesia Raya


TANAH AIR

R. Maladi

Nyiur hijau, di tepi pantai

Siar-siur, daunnya melambai

Padi mengembang kuning meraya

Burung-burung bernyanyi gembira

Tanah airku tumpah darahku

Tanah yang subur kaya makmur

Tanah airku tumpah darahku

Tanah yang indah permai nyata.


INDONESIA PUSAKA

Ismail Marzuki

Indonesia Tanah air beta, pusaka abadinan jaya

Indonesia sejak dulu kala, tetap di puja-puja bangsa

Di sana, tempat lahir beta, dibuai di besarkan Bunda

Tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata…

Sungguh indah Tanah air beta, tiada bandingnya di dunia

Karya indah Tuhan Maha Kuasa bagi Bangsa yang memujanya

Indonesia Ibu pertiwi kau kupuja kau kukasihi

Tenagaku bahkan pun jiwaku kepada mu rela ku beri


TANAH TUMPAH DARAHKU

C Simandjuntak

Tanah tumpah darahku yang suci mulia

Indah dan permai bagaikan intan permata

Tanah airku tanah pusaka ibuku

S’lama hidupku aku setia padamu

Kali, gunung, lautmu yang biru nirmala

Pantai, hutan, tasikmu ku cinta semua

Tanah airku kupuja kau di hatiku

T’rima salamku hormat setia padamu

Bumi ibu pertiwi yang subur sentausa

Indah berseri bagaikan taman segara

Tanah airku tujuan segala daya

Dirgayulah diri Ratuku bahagia


TANAH AIRKU

Ibu Sud

Tanah air ku tidak kulupakan, ‘kan ku kenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu

Tanah ku yang ku cintai, engkau kuhargai

Walaupun banyak neg’ri yang kujalani, yang mashur permai di kata orang

Tetapi kampung dan rumahku, di sanalah ‘ku rasa senang

Tanah ku tak ku lupakan, engkau kubanggakan.


BERKIBARLAH BENDERAKU

Ibu Sud

Berkibarlah bendera ku lambing suci gagah perwira

Di seluruh pantai Indonesia kau tetap pujaan bangsa

Siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela

Sang Merah Putih yang perwira, berkibarlah s’lama-lamanya.

Kami rakyat Indonesia bersedia setiap masa

Mencurahkan segala tenaga, supaya kau tetap cemerlang

Tak gentar hatiku melawan rintangan, tak goyang jiwaku berkorban

Sang Merah Putih yang perwira, berkibarlah ‘slama-lamanya.


MERAH PUTIH

Ibu Sud

Bendera merah putih, bendera tanah airku

Gagah dan jernih tampak warnamu berkibaran di langit yang biru

Bendera merah putih bendera bangsaku…

Bendera merah putih perlambang b’rani dan suci

Siap selalu kami berbakti, untuk bangsa dan ibu pertiwi

Bendera Merah Putih t’rimalah salamku


DI TIMUR MATAHARI

WR. Soepratman

Di Timur matahari mulai bercahya

Bangun dan berdiri kawan semua

Marilah mengatur barisan kita

Seluruh pemuda Indonesia


BAGIMU NEG’RI

Kusbini

Padamu NEG’RI, kami berjanji

Padamu NEG’RI, kami berbakti

Padamu NEG’RI, kami mengabdi

Bagi mu NEG’RI, jiwa raga kami


SATU NUSA

SATU BANGSA

Liberty Manik

Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita

Tanah air pasti jaya untuk s’lama-lamanya

Indonesia pusaka, Indonesia tercinta

Nusa Bangsa dan Bahasa, kita bela bersama


DARI SABANG SAMPAI MERAUKE

R. Soerarjo

Dari sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau

Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

Indonesia Tanah Airku, aku berjanji padamu

Menjunjung Tanah Airku, Tanah Airku Indonesia.


MAJU TAK GENTAR

C. Simandjuntak

Maju tak gentar, membela yang benar

Maju tak gentar, hak kita diserang

Maju serentak, mengusir penyerang

Maju serentak, tentu kita menang

Bergerak-bergerak, serentak-serentak, menerkam-menerkam terjang

Tak gentar-tak gentar, menyerang-menyerang , majulah-majulah menang!


SURABAYA

Rachman A.

Surabaya, Surabaya, oh, Surabaya

Kota kenangan, kota kenangan, tak’kan ku lupa

Di sanalah, di sanalah di Surabaya

Tuk pertama, tuk pertama kami berjumpa

‘ku teringat masa yang telah lalu

B’ribu insane b’ribu hati bersatu padu

Surabaya di tahun empat lima

Kami berjuang, kami berjuang bertaruh nyawa.


PANTANG

MUNDUR

Titiek Puspa

Ku lepas dikau pahlawan, ku relakan dikau berjuang

Demi keagungan Negara, kanda pergi ke medan jaya

Bila kanda teringat akan adikmu seorang

Jadikan daku semangat, terus maju pantang mundur

Air mata berlinang karena bahagia

Putra pertama lahir sudah, ku pintakan nama padamu pahlawan

Sembah sujud ananda, dirgahayulah kakanda

Jayalah dikau pahlawan terus maju pantang mundur!


HALLO-HALLO BANDUNG

Ismail Marzuki

Hallo-hallo Bandung

Ibukota Periangan

Hallo-hallo Bandung kota kenang-kenangan

Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau

Sekarang telah menjadi lautan api, mari bung, rebut kembali.


INDONESIA TETAP MERDEKA

C. Simandjuntak

Sorak-sorak bergembira, bergembira semua,

Sudah bebas negeri kita, Indonesia merdeka

Indonesia merdeka, Republik Indonesia

Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.

Sadar-sadar hai pemuda, begembira semua

Kau tetap asuhan jiwa, Indonesia merdeka

Indonesia merdeka, Republik Indonesia

Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.

Bangkit-bangkit hai satria, bergembira semua

Jembatan t’lah tersedia, Indonesia merdeka

Indonesia merdeka, Republik Indonesia

Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.

Mautpun mengancam kita, begembira semua

Belalah tumpahan darah, Indonesia merdeka

Indonesia merdeka, Republik Indonesia

Itulah hak milik kita, untuk s’lama-lamanya.


HARI MERDEKA

HS. Mutahar

Tujuh belas Agustus tahun empat lima

Itulah hari kemerdekaan kita

Hari merdeka, nusa dan bangsa

Hari lahirnya Bangsa Indonesia, merdeka

S’kali merdeka tetap merdeka!

Selama hayat masih di kandung badan

Kita tetap setia, tetap sedia, mepertahankan Indonesia

Kita tetap setia, tetap sedia, membala Negara kita.


SYUKUR

Hs. Mutahar

Dari yakinku teguh, hati ikhlasku penuh

Akan karunia-Mu

Tanah air pusaka, Indonesia Merdeka

Syukur aku sembahkan kehadirat-Mu Tuhan

Dari yakinku teguh, cinta ikhlasku penuh

Akan jasa usaha

Pahlawan ku yang baka, Indonesia Merdeka

Syukur aku hunjukkan ke bawah duli tuan.

Dari yakinku teguh, bakti ikhlas ku penuh

Akan asas rukunmu

Pandu bangsa yang nyat, Indonesia Merdeka

Syukur aku hunjukkan, kehadapanmu tuan.


MENGHENINGKAN CIPTA

T. Prawit

Dengar seluruh angasa raya memuja pahlawan Negara

Nan gugur remaja di ribaan bendera m’bela Nusa Bangsa

Kau ku kenang wahai bunga putra Bangsa

Harga…..

Jasa……

Kau cahya pelita……

Bagi Indonesia Merdeka….


HYMNE GURU

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Sartono

Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak guru

Nama-mu akan selalu hidup….

Dalam sanubariku

Semua baktimu, akan kuukir di dalam hatiku

S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa


IBU KITA KARTINI

WR. Soepratman

Ibu kita Kartini, putri sejati

Putri Indonesia, harum namanya

Ibu kita Kartini, pendekar Bangsa

Pendekar kaumnya, untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia

Ibu kita Kartini, putri jauhari

Putri yang berjasa, se Indonesia

Ibu kita Kartini, putri yang suci

Putri yang merdeka cita-citanya

Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia

Ibu kita Kartini, pendekar putri

Pendekar kaum i Tanah Airku

Ibu kita Kartini, penyuluh budi

Penyuluh kaumnya, karna cintanya

Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia


PEMILIHAN UMUM 1955

Ismail Marzuki

Pemilihan umum ke sana beramai! Marilah, marilah saudara-saudara

Merilah bersama memberi suara! Suara saudara sungguh kuasa

Menentukan dasar tujuan bersama membina Negara nasional yang mulia

Pemilihan umum kesana baramai! Marilah, marilah saudara-saudara

Memilih bersama para wakil kita! Menurut pilihan bebas rahasia

Itu hak semua warga se Negara ‘Nyusun kehidupan adil sejahtera

Pemilihan umum ke sana beramai! Marilah, marilah saudara-saudara

Serentak member suara merdeka! Merdeka dan jujur tiada dipaksa

Laki dan wanita bersama membina bangsa dan Negara jaya dan sentausa


BANGUN PEMUDI PEMUDA

A. Simandjuntak

Bangun pemudi-pemuda, Indonesia

Tangan bajumu singsingkan, untuk Negara

Masa yang akan datang kewajibanmulah

Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas

Tak usah banyak bicara t’rus kerja keras

Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih

Bertingkah laku halus hai putra negri

Bertingkah laku halus hai putra negri


HAMBA MENYANYI

H. Sutedjo

Hamba menyanyi mencinta suara

Turut kepada seni ibu Indonesia

Hanyalah ini hamba member

Tanda bercinta hati pada ‘Bu pertiwi

Hanya maksud jangan sampai hamba dengan tangan hampa

Bakti pada Maha Indonesia

Terima hamba sebagai putra

Meskipun hamba hanya dapat urun suara


BELAIAN SAYANG

Bing Slamet

Waktu hujan turun rintik perlahan

Bintangpun menyepi awan menebal

Ku timang si buyung belaian sayang

Anakku seorang tidurlah tidur

Ibu berdoa ayah menjaga

Agar kau kelak jujur melangkah

Jangan engkau lupa tanah pusaka

Tanah tumpah darah Indonesia


BENGAWAN SOLO

Gesang

Bengawan Solo, riwayatmu ini

Sedari dulu jadi perhatian insane

Musim kemarau tak s’b’rapa airmu

Di musim hujan air meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo terkurung gunung seribu

Air mengalir sampai sampai jauh akhirnya ke laut

Itu perahu riwayatnya dulu

Kaum pedagang s’lalu naik itu perahu


GUGUR BUNGA

DI TAMAN BAKTI

Ismail Marzuki

Betapa hatiku tak’kan rindu, telah gugur pahlawanku

Betapa hatiku tak akan sedih, hamba ditinggal sendiri

Siapa kini pelipur lara nan setia dan perwira

Siapakah kini pahlawan hati pembela Bangsa sejati

Telah gugur pahlawanku, tunai sudah janji bakti

Gugur satu tumbuh s’ribu, tanah air jaya pasti

Gugur bungaku di taman bakti di haribaan pertiwi

Harum semerbak menambahkan sari, tanah air jaya sakti.


SELENDANG SUTRA

Ismail Marzuki

Selendang sutra tanda mata darimu

Telah ku ‘trima sebulan yang lalu

Selendang sutra mulai di saat itu

Turut serta di dalam baktimu

Ketika lenganku terluka parah

Selendang sutramu turut berjasa

Selendang sutra kini pembalut luka

Cabik semata tercapai tujuannya


SEPASANG MATA BOLA

Ismail Marzuki

Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba

Remang-remang cuaca, terkejut aku tiba-tiba

Dua mata memandang, seakan akan dia berkata

“Lindungi aku pahlawan, dari pada si angkara murka”

Sepasang mata bola dari balik jendela

Datang dari Jakarta, ‘nuju medan perwira

Kagum’ku melihatnya sinar nan perwira rela

Hati telah terpikat semoga kelak kita berjumpa pula

Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba

Remang-remang cuaca, terkejut aku tiba-tiba

Dua mata memandang, seakan akan dia berkata

“Lindungi aku pahlawan, dari pada si angkara murka”

Sepasang mata bola dari balik jendela

Gemilang murni mesra

Telah memandang beta di stasiun Jogja

Sepasang mata bola seolah-olah berkata:

“Pergilah pahlawanku jangan bimbang ragu bersama do’aku”


IBU PERTIWI

N N

Oh, lihat Ibu pertiwi, sedang bersusah hati

Air matanya berlinang, ‘mas intan-nya terkenang

Hutan, gunung sawah lautan, simpanan kekayaan

Kini ibu sedang lara, merintih dan berdo’a

Oh, lihat Ibu pertiwi, kami datang berbakti

Lihatlah putra-putri mu, menggembirakan Ibu

Ibu kami tetap cinta, putramu yang setia

Menjaga harga harta pusaka, untuk Nusa dan Bangsa

2 komentar:

AS ROMA

R o m a F o r e v e r |||